Minggu, 07 Maret 2010

Materi Bahsa Indonesia

Huruf dan Aksara dalam Bahasa Indonesia




Huruf adalah sama juga dengan Aksara yaitu unsur dari abjad yang melambangkan bunyi. Abjad dalam Bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf.

Dua puluh enam (26) Abjad dalam Bahasa Indonesia

1. Huruf A / a dibaca a
2. Huruf B / b dibaca be
3. Huruf C / c dibaca ce
4. Huruf D / d dibaca de
5. Huruf E / e dibaca e
6. Huruf F / f dibaca ef
7. Huruf G / g dibaca ge
8. Huruf H / h dibaca ha
9. Huruf I / I dibaca i
10. Huruf J / j dibaca je
11. Huruf K / k dibaca ka
12. Huruf L / l dibaca el
13. Huruf M / m dibaca em
14. Huruf N / n dibaca en
15. Huruf O / o dibaca o
16. Huruf P / p dibaca pe
17. Huruf Q / q dibaca qi
18. Huruf R / r dibaca er
19. Huruf S / s dibaca es
20. Huruf T / t dibaca te
21. Huruf U / u dibaca u
22. Huruf V / v dibaca ve
23. Huruf W / w dibaca we
24. Huruf X / x dibaca eks
25. Huruf Y / y dibaca ye
26. Huruf Z / z dibaca zet

Macam-Macam Huruf atau Aksara dalam Bahasa Indonesia



Dalam Bahasa Indonesia, Huruf dibagi menjadi empat kelompok, yakni :

1. Huruf Vokal atau Huruf Hidup
Huruf Vokal adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan atau halangan. Jumlah huruf vokal ada 5, yaitu a, i, u, e, dan o.

2. Huruf Konsonan atau Huruf Mati
Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan. Jumlah huruf konsonan ada 21 buah, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

3. Huruf Diftong atau Huruf vokal Rangkap
Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi. Contoh : Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb.

4. Huruf Konsonan Rangkap
Gabungan dua huruf konsonan ada 4 buah dalam bahasa indonesia, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Contohnya : nyamuk, syarat, kumbang, khawatir, dsb.

Struktur Suku Kata dalam Bahasa Indonesia



Suku kata dalam Bahasa Indonesia bisa tersusun dari satu hingga banyak suku kata. Suku kata adalah pembagian kata sesuai dengan pembagian lafal atau bunyinya. Contohnya dapat dilihat di bawah ini :

- alur ===> a - lur
- program ===> pro - gram
- kawan ===> ka - wan
- manfaat ===> man - fa - at
- transaksi ===> tran - sak - si
- transmigran ===> trans - mi - gran
- capung ===> ca - pung
- keranda ===> ke - ran - da
- maksud ===> mak- - sud
- rangkaian ===> rang - kai - an


Ejaan Yang Disempurnakan atau EYD dalam Bahasa Indonesia




Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanngal 16 agustus 1972. Ejaan ini masih tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia resmi. EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda garis miring.

1. Penggunaan Huruf Besar atau Huruf Kapital
a. Huruf pertama kata ganti "Anda"
- Ke mana Anda mau pergi Bang Toyib?
- Saya sudah menyerahkan uang itu kepada Anda setahun yang lalu untuk dibelikan PS3.
b. Huruf pertama pada awal kalimat.
- Ayam kampus itu sudah ditertibkan oleh aparat pada malam jumat kliwon kemarin.
- Anak itu memang kurang ajar.
- Sinetron picisan itu sangat laku dan ditonton oleh jutaan pemirsanya sedunia.
c. Huruf pertama unsur nama orang
- Yusuf Bin Sanusi
- Albert Mangapin Sidabutar
- Slamet Warjoni Jaya Negara
d. Huruf pertama untuk penamaan geografi
- Bunderan Senayan
- Jalan Kramat Sentiong
- Sungai Ciliwung
e. Huruf pertama petikan langsung
- Pak kumis bertanya, "Siapa yang mencuri jambu klutuk di kebunku?"
- Si panjul menjawab, "Aku tidak Mencuri jambu klutuk, tetapi yang kucuri adalah jambu monyet".
- "Ngemeng aja lu", kata si Ucup kepada kawannya si Maskur.
f. Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang atau instansi.
- Camat Pesanggrahan
- Profesor Zainudin Zidane Aliudin
- Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional
g. Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga Negara, juga Dokumen (kecuali kata dan).
- Mahkamah Internasional
- Republik Rakyat Cina
- Badan Pengembang Ekspor Nasional
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Under Construction


Pengertian Kalimat dan Unsur Kalimat




Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum :

- Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama.
- Pergi!
- Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu.
- The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah.

Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)


Kalimat Lengkap dan Kalimat Tidak Lengkap



1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap. Contoh kalimat Lengkap :
- Presiden SBY (S) membeli (P) buku gambar (O)
- Si Jarwo (S) Pergi (P)
- PKI (S) digagalkan (P) TNI (O)

2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kamilat yang tidak sempurna karena hanya memiliki sabyek saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap dapat berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh kalimat tak lengkap :
- Selamat sore
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?
- Hei, Kawan...


Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif



1. Kalimat Aktif
Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua macam :
a. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita
- Ayah membeli daging
- Kadir merayu gadis desa
- Bang Jajang bertemu Juminten
b. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
- Adik menangis
- Umar berantem
- Sejak dahulu kala Junaidi merenung di dalam tempat persembunyiannya di Batu Malang

2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-
- Pak Lurah dimintai pertanggung jawaban oleh Pak Camat
- Ayam dipukul Kucing
- Bunga anggrek hitam itu terinjak si lay


Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif dan Kalimat Pasif manjadi Kalimat Aktif

Untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan juga sebaliknya dapat dilakukan langkah-langkah mudah berikut ini :

1. Mengubah awalan pada Predikat
Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya.

2. Menukar Subyek dengan Obyek dan sebaliknya
Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu sebaliknya.

Contoh :
Ibu memasak sayur => Sayur dimasak oleh ibu.
Joni berkawan dengan Ariel => Ariel dikawani Joni

Sinonim, Antonim dan Homonim



A. Sinonim
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata.

Contoh Sinonim :
- binatang = fauna
- bohong = dusta
- haus = dahaga
- pakaian = baju
- bertemu = berjumpa

B. Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata.

Contoh Antonim :
- keras x lembek
- naik x turun
- kaya x miskin
- surga x neraka
- laki-laki x perempuan
- atas x bawah

C. Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homofon.

Contoh Homograf :
- Amplop
+ Untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita harus menggunakan amplop (amplop = amplop surat biasa)
+ Agar bisa diterima menjadi pns ia memberi amplop kepada para pejabat (amplop = sogokan atau uang pelicin)
- Bisa
+ Bu kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya (bisa = mampu)
+ Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun)

Contoh Homofon :
- Masa dengan Massa
+ Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
+ Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum)

Tambahan :
- Anonim adalah tidak memiliki nama atau tidak diberikan nama.


Majas / Gaya Bahasa dalam Bahasa Indonesia



Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. Majas dibagi menjadi beberapa macam, yakni majas perulangan, pertentangan, perbandingan dan pertautan. Dalam artikel ini hanya dijelaskan perbandingan dan pertentangan.

1. Gaya bahasa perbandingan

A. Majas Metafora
Majas metafora adalah gabungan dua hal yang berbeda membentuk suatu pengertian yang baru. Contoh : raja siang, kambing hitam, dll.

B. Majas Alegori
Majas alegori adalah cerita yang digunakan sebagai lambang yang digunakan untuk pendidikan. Contoh : anjing dan kucing, kelinci dan kura-kura, dsb

C. Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang membuat banda mati seolah-olah hidup memiliki sifat-sifat manusia. Contoh :
- Kereta api tua itu meraung-raung di tengah kesunyian malam jumat pahing.
- awan menari-nari di angkasa

D. Majas Perumpamaan
Majas perumpamaan adalah suatu perbandingan dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh :
- Bagaikan harimau pulang kelaparan
- Seperti manyulam di kain lapuk

E. Majas Antilesis
Majas antilesis adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berlawanan. Contoh :
- Semua kebaikan ayahnya dibalas dengan keburukan yang menyakitkan.

2. Gaya Bahasa Pertentangan

A. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah suatu gaya bahasa yang bersifat melebih-lebihkan. Contoh :
- Ibu itu terkejut setengah mati ketika mendengar anaknya tidak lulus ujian nasional.

B. Majas Ironi
Majas ironi adalah gaa bahasa yang bersifat menindir dengan halus. Contoh :
- Pandai sekali kau baru datang ketika rapat mau selesai

C. Majas Litotes
Majas litotes adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu yang baik menjadi bersifat negatif. Contoh :
- Mampirlah ke gubuk saya! (padahal rumahnya besar dan mewah)


Idiom / Ungkapan dan Peribahasa dalam Bahasa Indonesia



1. Idiom
Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru di mana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Berikut ini adalah beberapa contoh idiom dengan artinya :

- cuci mata = cari hiburan dengan melihat sesuatu yang indah
- kambing hitam = orang yang menjadi pelimpahan suatu kesalahan yang tidak dilakukannya
- jago merah = api dalam kebakaran
- kupu-kupu malam = wanita penghibur atau pelacur komersial
- ringan tangan = kasar atau suka melakukan tindak kekerasan
- hidung belang = pria yang merupakan pelanggan psk atau pekerja seks komersil

2. Peribahasa
Peri bahasa adalah suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang bersifat padat, ringkas dan berisi tentang norma, nilai, nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku. Berikut ini adalah beberapa contoh peribahasa dengan artinya :

- Di mana bumi dipijak di sana langit di junjung
artinya : jika kita pergi ke tempat lain kita harus menyesuaikan, menghormati dan toleransi dengan budaya setempat.
- Tiada rotan akar pun jadi
artinya : tidak ada yang bagus pun yang jelek juga tidak apa-apa.
- Buah yang manis biasanya berulat
artinya : kata-kata yang manis biasanya dapat menyesatkan atau menjerumuskan.
- Tak ada gading yang tak akan retak
artinya : Tidak ada satu pun yang sempurna, semua pasti akan ada saja cacatnya


Perbedaan Antara Sastra Baru Dengan Sastra Lama



A. Sastra Lama
Sastra lama adalah sastra yang berbentu lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan. Sastra lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di Minye Tujuh, Aceh.

Ciri dari sastra lama yaitu :
- Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
- Istanasentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)
- Tema karangan bersifat fantastis
- Karangan berbentuk tradisional
- Proses perkembangannya statis
- bahasa klise

Contoh sastra lama : fabel, sage, mantra, gurindam, pantun, syair, dan lain-lain.

B. Sastra Baru
Sastra baru adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga sudah tidak asli lagi.

Ciri dari sastra baru yakni :
- Pengarang dikenal oleh masyarakat luas
- Bahasanya tidak klise
- Proses perkembangan dinamis
- tema karangan bersifat rasional
- bersifat modern / tidak tradisional
- masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan)

Contoh sastra baru : novel, biografi, cerpen, drama, soneta, dan lain sebagainya.


Pengertian Paragraf / Alinea dan Bagian dari Paragraf - Bahasa Indonesia



Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.

- Syarat sebuah paragraf
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
1. Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
2. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

- Bagian-Bagian Suatu Paragraf yang Baik
A. Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan.
B. Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar.


3 Bagian Kerangka Karangan Dalam Menulis Tulisan / Karya Tulis - Unsur Pokok Utama & Penting Membuat Tulisan - Bahasa Indonesia



Dalam setiap karangan biasanya terdiri atas tiga bagian struktur pokok atau kerangka karangan, yaitu :

1. Pendahuluan

Bagian pendahuluan adalah bagian yang menjelaskan tema yang akan diterangkan pada karya tulis tersebut secara padat, jelas dan ringkas kepada para pembaca.

2. Puncak / Klimaks

Bagian klimaks adalah bagian di mana konflik cerita yang terjadi di antara tokoh-tokoh muncul. Kejadian dalam konflik bisa bermacam-macam bentuknya mulai dari yang ringan sampai yang rumit, dari yang sekali hingga yang berkali-kali dan lain sebagainya.

3. Penyelesaian

Bagian Penyelesaian adalah bagian yang berisi jawaban penyelesaian dari konflik dalam cerita. Kesimpulan akhir cerita bisa berakhir bahagia dan bisa pula berkhir tragis.

----

Tambahan
- Membuat Karangan Karya Sastra yang Baik :
a. Jelas dan padat bahasanya serta gaya bahasa yang menarik.
b. Judul cerita yang menarik untuk menarik perhatiaan
c. Judul dengan isi tulisan harus sesuai dan nyambung


Makna Kata Ulang Dalam Bahasa Indonesia - Arti Pengertian Perulangan Kata




Kata ulang sangat banyak digunakan dalam percakapan kita sehari-hari dalam bahasa Indonesia. Lihat saja kata sehari-hari pada kalimat di atas adalah termasuk kata ulang. Di bawah ini merupakan arti dari kata ulang yang ada di Indonesia, yaitu antara lain :

1. Kata ulang yang menyatakan banyak tidak menentu

Contoh :
- Di tempat kakek banyak pepohonan yang rimbun dan lebat sekali.
- Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah.

2. Kata ulang yang menyatakan sangat

Contoh :
- Jambu merah pak raden besar-besar dan memiliki kenikmatan yang tinggi.
- Anak kelas 3 ipa 1 orangnya malas-malas dan sangat tidak koperatif.

3. Kata ulang yang menyatakan paling

Contoh :
- Setinggi-tingginya Joni naik pohon, pasti dia akan turun juga.
- Mastur dan Bornok mencari kecu sebanyak-banyaknya untuk makanan ikan cupang kesayangannya.

4. Kata ulang yang menyatakan mirip / menyerupai / tiruan

Contoh :
- Adik membuat kapal-kapalan dari kertas yang dibuang Pak Jamil tadi pagi.
- Si Ucup main rumah-rumahan sama si Wati seharian di halaman rumah.

5. Kata ulang yang menyatakan saling atau berbalasan

Contoh :
- Ketika mereka berpacaran selalu saja cubit-cubitan sambil tertawa.
- Saat lebaran biasanya keluarga di rt.4 kunjung-kunjungan satu sama lain.

6. Kata ulang yang menyatakan bertambah atau makin

Contoh :
- Biarkan dia main hujan! lama-lama dia akan kedinginan juga.
- Ayah meluap-luap emosinya ketika tahu dirinya masuk perangkap penipu kartu kredit.

7. Kata ulang yang menyatakan waktu atau masa

Contoh :
- Orang katro dan ndeso itu datang ke rumahku malam-malam.
- Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan.

8. Kata ulang yang menyatakan berusaha atau penyebab

Contoh :
- Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah.

9. Kata ulang yang menyatakan terus-menerus

Contoh :
- Anjing buduk dan rabies itu suka mengejar-ngejar anak kecil yang lewat di dekat kandangnya yang bau.
- Mirnawati selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada Bram dapat termaafkan.

10. Kata ulang yang menyatakan agak (melemahkan arti)

Contoh :
- Karena berjalan sangat jauh kaki si Adul sakit-sakit semua.
- Jangan tergesa-gesa begitu dong! Nanti jatuh.

11. Kata ulang yang menyatakan beberapa

Contoh :
- Sudah bertahun-tahun nenek tua itu tidak bertemu dengan anak perempuannya yang pergi ke Hong Kong.
- Mas parto berminggu-minggu tidak apel ke rumahku. Ada apa ya?

12. Kata ulang yang menyatakan sifat atau agak

Contoh :
- Lagak si bencong itu kebarat-baratan kayak dakocan.
- Wajahnya terlihat kemerah-merahan ketika pujaan hatinya menyapa dirinya.

13. Kata ulang yang menyatakan himpunan pada kata bilangan

Contoh :
- Coba kamu masukkan gundu bopak itu seratus-seratus ke dalam tiap plastik!
- Jangan beli beyblade banyak-banyak nak! Nanti uang sakumu habis.

14. Kata ulang yang menyatakan bersengang-senang atau santai

Contoh :
- Dari tadi padi si Bambang kerjanya cuma tidur-tiduran di sofa.
- Ular naga panjangnya bukan kepalang berjalan-jalan selalu riang kemari.

Pentingnya Komunikasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari - Pengertian Arti Definisi, Manfaat Dan Masalah




Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.

Selain itu dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antar personal maupun antar masyarakat agar terjadi keserasian dan mencegah konflik dalam lingkungan masyarakat.Dalam hubungan bilateral antar negara diperlukan juga komunikasi yang baik agar hubungan tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Contoh Manfaat komunikasi adalah dalam hubungan bilateral antar negara, seperti yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia. Dengan adanya komunikasi yang terjalin dengan baik maka timbul kerjasama dalam berbagai bidang yang mana berdampak positif bagi kedua negara tersebut.

Sebaliknya, Miss Communication (terjadinya kesalahan dalam salah satu proses komunikasi) akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan atau misi yang hendak di capai. Seperti yang terjadi dalam hubungan Indonesia dengan Australia, dimana pihak Australia menganggap pernyataan Indonesia mengenai “Negara Bebas Teroris” di terjemahkan oleh Australia sebagai “Indonesia Gudang Teroris”. Hal ini menyebabkan dampak yang kurang baik dalam hubungan kedua negara tersebut.

Dari kedua contoh di atas dapat kita simpulkan bahwa komunikasi sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Contoh lain dalam pendidikan seperti hubungan dosen dengan mahasiswa,dengan adanya komunikasi,maka kegiatan belajar- mengajar akan berlangsung dengan baik dan lancar.

Dialektologi - Langkah Kerja Dan Aplikasinya Oleh Mahmud Saefi - Bahasa Indonesia




DIALEKTOLOGI
( LANGKAH KERJA DAN APLIKASINYA )
Oleh : MAHMUD SAEFI ( SMP NEGERI 5 CILACAP )
NIM. S200070115
Contac Person : 085647746459

A. Pendahuluan

Bahasa di dunia tidaklah sama. Dalam suatu negara, beragam bahasa yang dipergunakan, bahkan pada suatu daerah tertentu beragam bahasa yang dapat kita dengar dipergunakan orang. Di Indonesia kita mengenal adanya bahasa nasional (= bahasa persatuan, bahasa resmi, bahasa negara, bahasa pengantar, bahasa kebudayaan ), dan juga bahasa daerah.

Pada dasarnya bahasa tersebut mempunyai dua aspek mendasar, yaitu aspek bentuk dan makna. Aspek bentuk berkaitan dengan bunyi, tulisan maupun struktur bahasa, sedangkan aspek makna berkaitan dengan leksikal, fungsional maupun gramatikalnya.

Apabila kita perhatikan dengan terperinci dan teliti bahasa itu dalam bentuk dan maknanya menunjukkan perbedaan antar pengungkapannya antara penutur yang satu dengan penutur yang lain. Perbedaan – perbedaan bahasa itu menghasilkan ragam-ragam bahasa atau variasi bahasa. Variasi itu muncul karena kebutuhan penutur akan adanya alat komunikasi dan kondisi sosial, serta faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya, seperti letak geografis, kelompok sosial, situasi berbahasa atau tingkat formalitas, dan karena perubahan waktu.

Keragaman bahasa tersebut merupakan subsistem-subsistem bahasa yang berbeda, yang banyak mengandung permasalahan yang kompleks, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis salah satunya, yakni tentang dialek.

B. Permasalahan

Mengingat kompleksitas permasalahan yang ada dalam dialektologi, maka makalah ini membatasi diri pada bagaimana langkah kerja dan aplikasi dalam penelitian dialek.

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini untuk menjelaskan langkah-langkah yang dapat ditempuh dan beberapa aplikasinya dalam penelitian dialek.

D. Pembahasan

Sebelum melangkah pada cara kerja penelitian dialek terlebih dahulu perlu penulis sampaikan konsep dasar dialektologi sebagai gambaran awal.

1.1. Konsep Dasar Dialektologi

1.1.1.1. Batasan Dialek
Dialek berasal dari bahasa Yunani dialektos yang pada mulanya dipergunakan dalam hubungannya dengan keadaan bahasa Yunani pada waktu itu.
Dialek merupakan variasi bahasa yang berbeda-beda menurut; variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan di tempat tertentu, atau oleh golongan tertentu dari suatu kelompok bahasawan, atau oleh kelompok bahasawan yang hidup dalam kurun waktu tertentu ( Kridalaksana, 1984: 38).

1.1.1.2. Ciri-ciri dialek
Ciri-ciri utama dialek ialah perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan (Meilet 1967 : 70 yang dikutip oleh Ayatrohaedi, 1979 :2). Ciri lain yakni:
Dialek ialah seperngkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama,dan Dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.

1.1.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Ragam Bahasa
Beberapa pendapat para ahli bahasa mengenai faktor-faktor peneyebab adanya ragam bahasa, antara lain dikemukakan oleh Kridalaksana (1970), Nababan (1991), Suwito (1992), dan Abdul Chaer (1995).

Menurut Kridalaksana faktor-faktor tersebut adalah: waktu, tempat, sosio-budaya, situasi, dan sarana pengungkapan Menurut Nababn, faktor-faktor tersebut meliputi: daerah, kelompok, atau keadaan sosial, situasi dan tingkat formalitas, serta zaman yang berlainan.

Menurut Suwito, meliputi faktor-faktor: penutur, sosietal, dan situasi tuturan.

menurut Abdul Chaer , meliputi: keragaman sosial penutur dan keragaman fungsi bahasa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi ragam bahasa, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berada di luar sistem bahasa, meliputi: waktu, tempat, sosial-budaya, situasi dan sarana yang digunakan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang ada di dalam bahasa itu sendiri, misalnya mengenai variasi fonetis, variasi fonemis, dan variasi morfolois.

1.1.1.4. Ragam-Ragam Dialek
Ragam-ragam dialek dapat digolongkan menjadi 3 kelompok golongan ( Ayatrohaedi, 1983:13) antara lain :

Dialek 1.
Di dalam kepustakaan dialektologi Roman, dialek ini disebut dalecte 1.yaitu dialek yang berbeda-beda karena keadaan alam sekitar tempat dialektersebut digunakan sepanjang perkembangan. Dialek itu dihasilkan karena adanya dua faktor yang salimg melengkapi, yaitu faktor waktu dan faktor tempat.

Dialek 2.
Dialek ini di dalam kepustakaan dialektologi Roman di sebut dialecte 2, regiolecte, atau dialecte regional, yaitu bahasa yang dipergunakan diluar daerah pakainya.

Dialek Sosial
Dialek sosal atau sosiolacte ialah ragam bahasa yang dipergunakan oleh kelompok tertentu, yang membedakan dari kelompok masyarakat lainnya.

1.1.1.5. Sumber-Sumber Kajian Penelitian Dialek

Sumber lisan.
Sumber lisan memegang perana penting untuk penelitian dialek dan bahasa pada umumnya, yaitu para pemakai bahasa dan dialek tersebut. Sumber itu berupa bahasa atau dialek itu sendiri maupun hal-hal yang terkandung di dalamnya, seperti cerita rakyat,adat istiadat, kepercayaan dan perundangan.

Sumbe tulis.
Sumber tulis banyak sekali memberikan bantuan di dalam usaha penelitian sumber lisan, bahkan kadang-kadang penelitian bahasa dan dialek hanya dapat dilaksanakan berdasarkan sumber itu saja, misalnya penelitian mengenai struktur bahasa atau dialek dimasa lampau. Sumber tulis dapat dibagi 2 (dua) yaitu naskah, kamus dan atlas bahasa. Sosok suatu dialek atau bahasa terwjud berdasarkan adanya naskah, sedangkan kamus-kamus dialek merupakan sumber keterangan yang utama di dalam penelitian dialek.

Sumber lisan sebagai bagian dari kajian dialektologi mengacu pada kajian tentang perbedan-perbedaan bahasa sebagai manifestasi dari variasi dalam satu bahasa yang sama. Perbedaan dari varian itu meliputi : Perbedaan fonetik , polimorfisme atau alofonik. Perbedaan ini berada dibidang fonologi, si penutur dialek yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tarsebut.

Perbedaan semantik.
Perbedaan onomasiologi yang menunjukan nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat yang berbeda.

Perbedaan semasiologis yaitu pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda.
Perbedaan morfologis (Ayatrohaedi, 1983: 3-5).

1.2. Langkah Kerja Penelitian Dialektologi
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :

memilih masalah kebahasaan yang akan diteliti;
melakukan studi pendahuluan melalui studi pustaka, survey, dan berkonsultasi dengan para ahli bahasa maupun narasumber;
merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan dikaji atas dasar studi pendahuluan ;
merumuskan anggapan dasar , posatulat, atau asumsi dasar sebagai pijakan yang kokoh bagi permasalahan yang akan dikaji ;
memilih pendekatan yang berkaitan dengan metode dan teknik yang akan digunakan untuk penyediaan data, menganalisis data dan menyajikan hasil analisis data;
mennetukan informan atau responden sebagai pembahan inti;
menentukan dan menyusun instrumen penelitian yang berupa kartu data; daftar tanya variasi fonetis, kosakata, dan linambang;
mencari dan mengumpulkan data;
menganalisis data;
membuat kesimpulan;
menyusun laporan penelitian.

Dari kesebelas langkah di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan ( 1-7), tahap pelaksanaan ( 8 ), dan tahap penyelesaian (10-11).

1.3. Contoh Aplikasi Penelitian Dialektologi

1.3.1 Materi / Bahan
Materi atau bahan yang menjadi obyek sasaran penelitian adalah bahasa ilmiah yang dilisankan oleh penutur yang normal dalam situasi pemakaian yang wajar dan terhayati oleh peneliti. Dalam hal ini misalnya bahasa yang kan dikaji adalah bahasa Jawa Nelayan di Pesisir Cilacap.
Materi tersebut termasuk ragam lisan yang merupakan obyek primer dalam linguistik. Hal itu menjadi prioritas dalam penelitian ini dengan alasan sebagai berikut :

bahasa tulis ternyata adanya turunan dari bahasa lisan.
bahasa tulis baru ada beberapa puluh abad yang lalu, sedangkan bahasa lisan telah ada beratus-ratus abad sepanjang sejarah kehidupan umat manusia,
bahasa tulis tidak melingkupi semua masyarkat bahasa yang ada dimuka bumi, sedangkan bahasa lisan selalu menjadi pemilik yang tidak terpisahkan dari semua orang dalam lingkup masyarakat apapun, dan
bahasa tulis masyarakat tertentu konon selalu dipelajari dan dikuasai setelah penuturnya memahami bahasa lisan masyarakat yang bersangkutan (Sudaryanto, 1988a : 42).

1.3.2 Populasi dan sampel

1.3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 1998: 115). Keseluruhan obyek penelitian tersebut dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998 : 141).

Populasi dalam penelitian dialek misalnya tuturan bahasa Jawa oleh masyarakat penutur di pesisir Cilacap. Masyarakat tersebut berdomisili di wilayah Kotif Cilacap.
Populasi tersebut termasuk populasi tak terbatas dan bersifat homogen, yakni populasi yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya, sehingga taidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah yang tepat secara kuantitatif. Sifat homogennya terletak pada aspek kesamaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, yakni subdialek bahasa Jawa Cilacap.

1.3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian wakil dari Populasi yang diteliti (Arikunto, 1998 : 117). Sampel merupakan bagian dari populasi yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Karena itu sampel penelitian harus bersifat representatif.

Mengingat kehomogenan populasi, tidak semua penutur dijadikan subyek penelitian, sebagai gantinya dipilih sampel. Teknik ini dipilih didasarkan pada anggapan dasar bahwa bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat nelayan dikawasan pesisir Cilacap relatif sama.

Sehubungan dengan hal penelitian ” Ragam Bahasa Jawa Nelayan Di Kawasan Pesisir Cilacap ”, sampel yang digunakan adalah segenap tuturan bahasa Jawa yang dipilih dari penutur masyarakat nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan, Kecamatan Cilacap Tengah, dan Kecamatan Cilacap Utara (kesemuanya termasuk wilayah Kotif).

Setiap kecamatan dipilih dua informan inti sebagai pembantu bahasa. Agar data yang diperoleh dari informan valid, terlebih dahulu ditentukan beberapa persyaratan bagi informan. Persyaratan tersebut menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan usia, pendidikan, asal-usul, kemampuan dan ” kemurnian ” bahasa informan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disarankan oleh Ayatrohaedi (1983 : 48) antara lain :
1) usia yang dianggap sangat sesuai bagi seorang informan adalah usia pertengahan (40-50 tahun);
2) pendidikan informan bukan pendidikan yang terlalu tinggi, ataupun buta huruf ;
3) asal-usul informan harus diusahakan dari desa atau tempat yang diteliti;
4) kemampuan informan mengenai bahasa dan dialeknya dengan baik;
5) ”kemurnian” bahasa informan baik yakni sedikit sekali terkena pengaruh dari dialek atau bahasa yang dipergunakan didaerah tetangga.

Persyaratan tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan antara lain :
informan yang terlalu tua kurang ideal, karena mereka pada umumnya sudah tidak spontan, ingatanya sudah banyak berkurang, pendengaranya berkurang, ompong dan sebagainya, disamping ketahanan jasmani juga banyak sudah berkurang untuk menghadapi pekerjaan yang memerlukan banyak waktu dan ketentuan;
informan yang terlalu muda kurang ideal, karena mereka sering merancukan pengertian dialeknya dengan bahasa baku, terutama jika mereka pernah bersekolah pengaruh bahasa baku itu akan lebih kuat kepada mereka;
informan yang buta huruf kurang ideal, karena umumnya mereka sangat sukar ditanyai, dan tidak mempunyai kebiasaan untuk menerjemahkan bentuk-bentuk kalimat yang rumit;
informan yang berprofesi sebagai guru atau orang ynag berpendidikan kurang ideal, karena tuturan yang diperoleh kurang meyakinkan apakah berdasarkan dialek ataukah didasarkan kepada bahan yang terdapat dalam buku;
informan yang ahli dialek dan kaum cendekiawan kurang ideal, karena mereka biasanya merubah dahan dialek sebagaimana adanya, dengan apa yang menurut mereka lebih baik;
informan yang pernah meninggalkan kampungnya cukup lama kurang ideal, karena dari mereka tidak dapat lagi diharapkan bahan yang asli dari daerahnya sendiri. Mereka sudah banyak terpengaruh oleh bahasa tempat mereka pernah tinggal;
informan yang orang tuanya bukan pribumi kurang ideal, karena dari mereka besar sekali kemungkinan diperoleh bahan yang bercampur dengan dialek asal orangtuanya;
informan yang termasuk kelompok ”orang kecil” kurang ideal, karena mereka pada umumnya kurang biasa menghadapi ”orang asing ” sehingga mereka pada umumnya gugup dan tuturan mereka tidak langsung dan spontan (Pop dalam Ayatroehadi, 1983 : 49-50).
Berdasarkan persyaratan dan beberapa pertimbangan diatas, yang dijadikan kriteria informan atau pembantu bahasa dalam penelitian ini adalah :
penduduk asli kelahiran daerah yang diteliti;
mobilitas rendah, tidak sering pergi keluar desa tempat tinggal, dan belum pernah menetap lama diluar desa tempat tinggal;
pendidikan maksimal tamatan Sekolah Dasar;
umur antara 40-60 tahun ;
sehat jasmani dan rohani, termasuk alat ucap pendengarannya;
profesi sebagai nelayan;
menguasai bahasa Jawa, serta
tidak menguasai bahasa asing dan bahasa daerah lainya.

1.3.3 Metode dan Teknik Penelitian

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Depdikbud, 1995:652).

Metode agar dapat bermanfaat haruslah digunakan dalam pelaksanaan yang konkret. Menurut Sudaryanto (1988a : 26) metode sebagai cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai. Jabaran metode sesuai dengan alat beserta sifat alat yang dimaksud disebut ”teknik”.

Dengan demikian orang dapat mengenal metode hanya lewat teknik-tekniknya; sedangkan teknik-teknik yang bersangkutan selanjutnya dapat dikenali dan diidentifikasi hanya melalui alat-alat yang digunakan beserta sifat alat-alat yang bersangkutan.

Sehubungan dengan hal itu metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada tahapan strategisnya, yaitu : (i) metode pengumpulan data, (ii) metode analisis data, dan (iii) metode penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1988a : 57). Ketiga tahapan tersebut dilakukan dengan menerapkan metode dan teknik tertentu.

Metode yang sering digunakan oleh para peneliti bahasa dalam penelitian dialek antara lain: metode deskriptif, observasi, survey, sedangkan teknik yang sering digunakan: wawancara, angket / daftar tanya, rekam, dokumentasi. Berikut metode dan teknik yang digunakan peneliti pada tahun 1981,1982, 1983, dan 1986 yang kami temukan: (observasi; teknik: wawancara, angket, Suwaji,dkk, 1981), deskriptif, angket nonkebahasaan maupun kebahasaan, wawancara, perekaman, dokumentasi, Hadiatmaja,1982), deskriptif (kepustakaan, observasi, rekaman Apituley,1983), (deskriptif struktural, observasi), wawancara langsung, rekam, daftar tanya, Kawi, 1983) deskriptif, kadir 1986) (survey, pungut) kepustakaan, wawancara, Sumarto, 1986).

Lebih rinci lagi yang disarankan oleh Sudaryanto, 1988 tentang metode dan teknik dengan merinci tahapan-tahapan. Tahapan strategi yang pertama (penyediaan data) dilakukan dengan menggunakan metode ”simak” dan metode ”cakap” (Sudaryanto, 1988b : 2). Metode simak dilakukan dengan menyimak misalnya penggunaan bahasa atau tuuran masyarakat nelayan dikawasan Pesisir Cilacap. Penyimakan tersebut diwujudkan dengan teknik ”sadap” sebagai teknik dasarnya, yakni menyadap pembicaraan seeorang atau beberapa orang. Penyadapan itu dilakukan dengan teknik SLC (Simak Libat Cakap) yakni peneliti terlibat langsung dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan tersebut. Metode cakap dilakukan dengan mengadakan percakapan antara peneliti dengan penutur. Percakapan tersebut diwujudkan dengan teknik ”pancing” sebagai teknik dasarnya, yakni untuk memperoleh data peneliti memancing seseorang atau beberapa orang untuk berbicara. Kegiatan memancing bicara itu dilakukan dengan teknik ”CS” (Cakap Semuka), yakni peneliti mengadakan percakapan langsung dengan penutur atau nara sumber. Ketika peneliti sedang mengadakan ”penyimakan” dan ”percakapan” dilakukan juga perekaman dengan tape recorder dan pencatatan pada kartu data. Untuk melengkapi data, pada kesempatan lain ditempuh juga teknik SLBC ( Simak Bebas Libat Cakap), yakni peneliti hanya bertindak sebagai pemerhati, mendengarkan apa yang dikatakan oleh masyarakat nelayan dalam proses berdialog. Teknik ini juga dilakukan dengan pencatatan pada kartu data. Setelah pengumpulan data yang ditandai dengan pencatatan itu dirasa cukup kemudian dipilih dan dipilah-pilah dengan membuang yang tidak diperlukan serta menata dengan mengurutkan sesuai dengan bidang yang akan dikaji.

Tahapan strategi yang kedua (analisis data) dilakukan dengan menggunakan metode ”padan” yakni metode dengan alat penentunya diluar, terlepas, dan tidak menjual bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993 : 13). Metode yang dipilih adalah metode padan translasional yakni dengan membandingkan BJNPC dengan BJB (Bahasa Jawa Baku).

Tahapan strategi Ketiga (penyajian hasil analisis data) dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yakni memaparkan hasil penelitian berdasarkan pada fakta yang ada, yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya (Sudaryanto, 1988a : 62). Hal ini yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah : variasi fonetis, variasi fonemis, variasi morfologis, segi sintaksis, dan variasi semantis bahasa Jawa nelayan dikawasan pesisir Cilacap.

1.3.4 Deskripsi Hasil Analisis

Hal-hal yang dideskripsikan meliputi:
Variasi fonetis
Variasi fonem
Variasi morfologis
Deskripsi kekhasan sintaksis
Deskripsi variasi semantis
Variasi fonetis dan variasi fonem, dijelaskan dalam bentuk distribusi vokal dan distribusi konsonan , ditampilkan dalam bentuk transkrip fonetis, dibuat tabel dan dibuktikan dengan pasangan minimal.
Deskripsi variasi morfologis diuraikan proses pembentukan kata mulai dari pembubuhan afiksasi, reduplikasi sampai pada tataran komposisi.
Deskripsi kekhasan sintaksis yang diuraiakan adalah tuturan yang berbentuk frasa dan tuturan yang berbentuk kalimat

E. Simpulan

Dari uraian pembahasan dan contoh di atas dapat kami simpulkan sebagai berikut.

1. Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam penelitian dialektologi melalui tiga tahapan yaitu:
a. Tahap persiapan
Yaitu memilih masalah kebahasaan yang akan diteliti; melakukan studi pendahuluan melalui studi pustaka, survey, dan berkonsultasi dengan para ahli bahasa maupun narasumber; merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan dikaji atas dasar studi pendahuluan ; merumuskan anggapan dasar , posatulat, atau asumsi dasar sebagai pijakan yang kokoh bagi permasalahan yang akan dikaji; memilih pendekatan yang berkaitan dengan metode dan teknik yang akan digunakan untuk penyediaan data, menganalisis data dan menyajikan hasil analisis data; menentukan informan atau responden sebagai pembahan inti; menentukan dan menyusun instrumen penelitian yang berupa kartu data; daftar tanya variasi fonetis, kosakata, dan linambang.
b. Tahap Pelaksanaan
Yaitu mencari dan mengumpulkan data yang dilanjutkan dengan menganalisis data.
c. Tahap Penyelesaian
Yaitu membuat kesimpulan dan menyusun laporan penelitian.

2. Aplikasi Pengkajian dialek
Populasi
Berupa tuturan atau bahasa lisan
Sampel
Para penutur bahasa dengan kriteria persyarata tertentu
Metode dan teknik
Metode yang sering digunakan oleh para peneliti bahasa dalam penelitian dialek antara lain: metode deskriptif, observasi, survey, sedangkan teknik yang sering digunakan: wawancara, angket / daftar tanya, rekam, dokumentasi
Dekripsi hasil penelitian
Hal-hal yang dideskripsikan antara lain: Variasi fonetis, Variasi fonem, Variasi morfologis, Deskripsi kekhasan sintaksis, Deskripsi variasi semantis

----------

DAFTAR PUSTAKA

Ayatrohaedi, 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Chaer, Abdul & L. Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Kridalaksana, Harimurti, 1984.Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Nababan. P.W.J. 1091. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum

Sudaryanto, 1980. Aneka Konsep Kedataan lingual dalam Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
1988a.Metode Linguistik Bagian Pertama: Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
1988b. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Mengumpulkan data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Pengertian Pidato, Tujuan, Sifat, Metode, Susunan Dan Persiapan Pidato Sambutan



A. Definisi / Pengertian Pidato

Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.

Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.

B. Tujuan Pidato

Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.

C. Jenis-Jenis / Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato

Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
1. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
2. Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3. Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4. Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
5. Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6. Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.

D. Metode Pidato

Teknik atau metode dalam membawakan suatu pidatu di depan umum :
1. Metode menghapal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu menghapalkannya kata per kata.
2. Metode serta merta, yakni membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak terduga banyak menggunakan tehnik serta merta.
3. Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi.

E. Persiapan Pidato

Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :
1. Wawasan pendengar pidato secara umum
2. Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
3. Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
4. Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
5. Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.

F. Kerangka Susunan Pidato

Skema susunan suatu pidato yang baik :
1. Pembukaan dengan salam pembuka
2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)


Arti Definisi / Pengertian Drama Dan Jenis / Macam Drama - Pelajaran Bahasa Indonesia




Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.

Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.

1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.

2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.

Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :

1. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.

2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.

3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.

4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.

5. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.

6. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.

7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.

8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.

9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.

10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
..::::Denpruut::::.. © 2008 Template by:
SkinCorner